Jika
Jika aku seorang petani Akan garap ladang Untuk menghindari kelaparan Agar hidup menjadi sejahtera
Jika aku seorang guru agama
Akan kuajarkan ngaji dan sholat Agar menjadi anak sholeh Dan bahagia dunia akhirat
Jika aku sebagai guru
Akan gembleng putra terbaik bangsa Menjadi insan berilmu Sebagai bekal hidup yang bermutu
Jika aku seorang konglomerat
Akan kukirim berbagai bantuan Pada mereka yang membutuhkan Agar lepas dari kemiskinan
Sapu Jagad
Pernahkan engkau bertanya tentang keadaanku
Kini buah hatimu terpisah oleh jarak dan waktu antara sumbawa dan banten
Waktu yang super sulit bahkan kau sendiri tak bersamaku
Mungkin nun jauh disana engkau merasakan apa yang ku rasakan
Bu Terkadang Perasaanku terombang ambing oleh kerasnya kehidupan
mungkin kau sendiri berbisik dalam hati
Apa gerangan buah hatiku hingga aku merasakan nestapa
Buah hatimu sedang jatuh
Buah hatimu sedang berusaha bangkit
Buah hatimu sedang berusaha berdiri
Namun buah hatimu tak pernah menyerah
Meski tak kau saksikan langsung namun mata batinmu selalu memberi kabar keadaanku bukan?
Doa yang kau kirim selalu kurasakan Auranya
Aura yang mengadirkan nafas
Terimaksih atas kirimanmu, aku akm terus berdoa dan berdoa tanpa henti.
Cangkir Aksara
Benda kecil nan mungil dipenuhi tinta-tinta hitam. Kau kemberi tanpa meminta.
Kau membawaku mengelilingi samudra eropa meski nyatanya Kaki ku tak beranjak
Kau mempertemukanku dengan sang proklamator sembari berdiskusi meski ia tak mengenalku.
Mata yang buta menjadi perkasa berkat tinta-tinta yang tertuai di lembaranmu
Lembaran-lembaran harapan sarat akan makna untuk aku yang tak tau apa-apa akhirnya bisa apa-apa
Halaman demi halaman habis kubacakan disertai dengan secangkir Opini
Suara Perubahan
Lantang bicara berani aksi mendendangkan janji manismu di depan kami seorang rakyat biasa
Suara sang pembaharu penuh harapan untuk masa depan gemilang
Saatya perubahan…
Saatnya berbenah…
Makan siang gratis…
Basmi kemiskinan…
Suara-suara indah nan perkasa yang terus bergeming di telinga kami.
Puja-pujian dimana-mana dengan haru dan bangga akan sosok tersebut.
Gagah, cerdas, perkasa.
Itulah yang tepat.
Suara-suara yang layak kami perjuangkan sebagai sang pendamping dengan harapan sejahtera untuk hari esok.
Kursi kau dapat, rakyat kau pahat.
Bung, Kursimu terlalu empuk serta hangat sehingga kau lupa pernah mendendangkan janji janji manis ituuu. Saking manisnya hingga rakyat terpapar kencing manis.
BIOGRAFI PENULIS
Namaku Fiqri Rabuna, aku berasal dari Sekayu kampung kecil di Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB) tempat penghasilan madu dan susu kuda liar terbaik. Tidak heran jika teman-temanku berkata. Engkau semanis madu sumbawa dan setangguh kuda liar. Setelah menamatkan S1 di Universitas Muhammadiyah Malang aku memutuskan untuk melanjutkan S2 di di Universitas Primagraha serang Banten. kesibukan sehari-hari ialah tiada hari tanpa membaca dan menulis. “Yang penting menulis bukan menulis yang penting” serta Menikmati secangkir kopi dan Indomie sembari membaca buku di ketinggian (gunung) adalah hobi Favoritku.
0 Komentar